Childfree : Sekularisme Cabut Fitrah Manusia dari Asalnya


Bukan hal baru fenomena childfree ada ditengah-tengah kehidupan. Kembali ramai diperbincangkan semenjak salah seorang Youtuber, Gita Savitri, sepakat dengan sang suami untuk tidak mempunyai anak. Selain Gita Savitri, Artis  Cinta Laura juga mengutarakan keinginannya untuk tidak memiliki anak. Ia menilai populasi manusia di dunia sudah sangat banyak sehingga ia memutuskan untuk tidak memiliki anak dari rahimnya sendiri dan memilih untuk mengadopsi anak yang terlantar.

Ragam alasan melatarbelakangi beberapa kalangan mengambil tindakan childfree ini. Sebagian dari mereka memilih atas alasan finansial, hingga faktor kondisi psikologis tertentu. Misalnya pasangan tersebut merasa tidak mampu untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak.

“(Faktornya) Antara lain, kebutuhan hidup yang semakin tinggi, keinginan untuk berkarir, keinginan untuk mapan sebelum berkeluarga, kecemasan akan potensi risiko yang semakin tinggi lingkungan bagi keselamatan dan kenyamanan anak dan keluarga, yang ditunjang dengan nilai-nilai sosial budaya di sekitar,” ungkap psikolog Klinis dan Forensik, A. Kasandra Putranto kepada Validnews, Selasa (13/6). (validnews, 14/07/2021)

Tomas Frejka, seorang peneliti dalam risetnya yang berjudul "Childlessness in the United States" menyatakan bahwa dibanding dekade 1970-an, pilihan untuk tidak mempunyai anak meningkat dari 10 persen menjadi 20 persen di tahun 2000-an. Alasannya beragam, mulai dari latar belakang permasalahan keluarga sampai dengan pertimbangan pengasuhan anak di masa depan. (tirto.id/ 18 oktober 2017)

Beberapa alasan yang diungkapkan, menunjukan cara pandang kehidupan yang salah tengah mendominasi di tengah-tengah masyarakat. Bagaimana tidak, jika realita kehidupan yang ada memanglah demikian. Sulitnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari, tuntutan hidup yang semakin tinggi semakin membuat tekanan tersendiri bagi orangtua khususnya dalam memebuhi butuhan keluarga. Ketidakhadiran negara dalam memberi jaminan atas pemenuhan kebutuhan secara utuh, memuat mereka harus berjibaku hingga memutuskan childfree atas ketakutan tidak bisa memenuhi kebutuhannya.

Disisi lain ketidaksiapan dalam mendidik anak-anaknya, adalah imbas atas fakta pendidikan hari ini tidak membekali generasi dengan perangkat ilmu membangun rumah tangga yang memadai. Akibatnya ada ketakutan, atau justru trauma akan masa lalu dan kkhawatirannya menurunkan pada anak-anaknya kelak sehingga memilih untuk childfree. 

Selain juga, cara pandang wanita berkarir yang lebih unggul dibanding hanya sekedar mengurus sumur, dapur dan kasur (mengurus rumah tangga). Adalah pandangan feminisme ala Barat yang terus diaruskan, sehingga merasa dengan semakin berkarir adalah semakin baik dibanding mengurus anak di rumah. Semua tidak lain, buah penerapan sistem kapitalisme yang menjadikan sekularisme sebagai pijakan mengambil keputusan setiap kehidupan. Orientasi materi menjadi alasan mengambil keputusan sekalpun itu menyalahi fitrahnya.

Jika kita melihat dengan kacamata Islam, tentu berbeda dalam cara pandangnya. Bahwa memiliki anak atau banyak anak bagi pasangan suami istri adalah sebuah fitrah gharizah ‘nau (naluri melahirkan keturunan). Selain daripada pemahaman bahwa anak adalah aset orangtua di ahirat, ketika mampu mendidikanya dengan benar sesuai tuntunan syariat.

Maka disinilah kita melihat kecacatan tatanan sistem sekularisme hari ini, tengah mencabut fitrah manusia dari asalnya. Allah SWT berfirman, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar Rum ; 30. Bahwa Allah telah menurunkan fitrah gharizah nau’ pada manusia, dan tidak akan berubah. Melainkan padanya butuh penyaluran sebagaimana Islam telah menentukan bagaimana mekanismenya. Jadi sangat jelas, pola pikir childfree adalah keliru bahkan melawan fitrah sebagaimana Allah telah berikan pada manusia. 

Ketakutan akan masalah ekonomi pun juga dengan hal lainnya yang menjadi alasan untuk akhirnya mereka memilih childfree, disinilah kita isa melihat bagaimana solusi Islam mengatasi setiap persoalan. Dimulai dari memberikan cara pandang yang benar soal kehidupan, rezeki, qadha dan qadhar semua adalah dari Allah SWT. Selain itu bagaimana Islam memiliki seperangkat aturan pada  negara yang punya kewajiban penuh memberikan pemenuhan kebutuhan pada rakyatnya.

Dalam hal ini, negara akan memberikan ruang yang memadai untuk laki-laki sebagai pencari nafkah. Jaminan akan kesehatan dan pendidikan dan kebutuhan lainnya. Juga tak lupa membuat kurikulum yang membekali generasi untuk siap dengan kehidupan rumah tangga termasuk pun didalamnya tentang bagaimana memberikan pengasuhan untuk anak-anaknya.

Hal ini akan mustahil kita dapatkan dalam tatanan hidup Kapitalisme dengan asas sekularism hari ini. Sistem kehidupan yang hanya berorientasi pada materi tanpa memandang lebih jauh bagaimana bisa menyalurkan fitrah manusia pada tempatnya. Hanya dengan tatanan sistem Islam sajalan, umat bisa terjaga atas fitrah sebagaimana mestinya yakni Khilafah ala Minhajjin Nubuwwah.

Wallahu’alam bii shawab




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih Karena Dakwah

Tanpa Islam, Aku Gagal !

Demokrasi Bikin Tekor, Korupsinya Bikin Horor !